Rahim Pengganti

Bab 41 "Perhatian Bian"



Bab 41 "Perhatian Bian"

0Bab 41     

Perhatian Bian     

Bian lebih sering datang mengunjungi Carissa, entah kenapa pria itu hanya takut sesuatu terjadi pada istri dan juga anaknya yang ada di dalam kandungan sang istri. Sedangkan setiap bersama dengan, Della Bian selalu curiga karena istrinya itu bersikap berbeda setiap hari nya.     

Sikap Carissa juga, sudah mulai melunak meskipun wanita itu tetap menjaga jarak dengan suaranya. Carissa tidak mau terlalu mencintai Bian lagi, dan berakhir dengan sakit hati. Wanita itu selalu, menekankan bahwa dirinya harus mengalah dan mengalah karena posisi nya yang menjadi istri kedua.     

"Loh Mas. Kamu kenapa di sini?" tanya Carissa. Dirinya bingung dengan kehadiran sang suami. Bian yang duduk di sofa ruang tamu sembari memejamkan mata nya, mulai membuka dan mengutip ke arah istri nya itu. Senyum tipis terbit di sana, Bian mengarahkan Carissa untuk duduk di sampingnya.     

"Kamu kenapa Mas?" tanya Carissa.     

Bian segera memeluk istrinya itu, meletakkan dagunya ke bahu Caca dan memejamkan matanya. Rasanya sangat lelah, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh Bian hari ini. Bahkan, ratus berkas yang dia periksa membuat Bian pusing dan ingin muntah, tapi ketika melihat istrinya rasa itu hilang. Carissa selalu bisa menjadi obat penyenjuk untuk semua orang.     

Keduanya masih sayang berpelukan, Caca juga mengusap punggung suaminya itu supaya Bian merasakan kenyaman, dirinya tahu tidak mudah menjadi Bian yang harus bolak-balik rumah dan kantor yang jaraknya juga tidak terlalu dekat. Rasanya Carissa sangat senang, apalagi Mama Ratih sudah tahu mengenai kehamilannya, membuat wanita itu sangat perhatian dengan Caca.     

"Mas, aku lapar," ucap Carissa. Bian segera melepaskan pelukannya, dan menatap ke arah sang istri, senyum indah terbit di bibir Carissa.     

"Mau makan apa?" tanya Bian dengan nada lembut, hal ini sering dilakukan oleh pria itu. Tidak ada lagi bentakan atau suara tinggi seperti sebelumnya, Bian benar benar merubah sikapnya. Pria itu tidak mau sesuatu hal terjadi kepada anak yang ada di dalam kandungan Carissa.     

"Mau sate ayam aja," ucap Carissa dengan meta berbinar.     

"Gak boleh, bakar bakaran nya gak bagus buat kamu. Yang lain aja ya," bujuk Bian. Namun, seketika mood Carissa langsung berubah, wanita itu memasang wajah cemberutnya bahkan saat ini sudah membuang muka kepada Bian. Melihat hal itu, Bian hanya bisa menghembuskan napasnya berat. Istrinya sedang mengambek, hal ini bisa sangat lama, Bian menghembuskan napasnya panjang.     

"Oke. Boleh, tapi jangan banyak banyak," perintah Bian. Carissa yang mendengar hal itu, seketika langsung tersenyum cerah, wanita itu tanpa sadar memeluk suaminya dengan begitu erat. Mendapatkan tindakan seperti ini membuat Bian tersenyum bahagia.     

***     

Di sinilah kedua orang itu, duduk di tenda penjual sate. Carissa yang memilih tempatnya, meskipun cukup ribet karena Bian tidak mau berada di tempat tersebut. Bian merasa tempat tersebut tidak bersih, dan lain sebagainya. Hal itu berhasil membuat Carissa kesal, mals mendengar ocehan dari sang suami. Membuat Carissa segera turun dan mobil dan mencari tempat duduk.     

Saat ini Bian masih menatap istrinya itu dengan tatapan tajam. Bian hanya khawatir dengan semua hal yang biasa saja terjadi jika makan di tempat seperti ini. Dan juga, ini hal pertama yang dilakukan oleh Bian, sejauh ini dirinya tidak pernah.     

"Udah Mas Bian, rasakan aja dulu. Kalau menurut Mas Bian gak enak, gak usah di makan. Oh ya, di sini aku bisa jamin bersih dan terawatt Mas Bian bisa tenang," jawab Carissa yang mengerti kegundahan suaminya itu.     

Tak lama sate pesanan mereka sudah terhidang di meja, Carissa memesan banyak sekali hal itu membuat mata Bian melotot tajam, pria itu melirik ke arah istrinya tapi Carissa seolah tidak melihat hal itu, dirinya sibuk memakan sate yang sudah dipesannya. Bian hanya menatap istrinya itu, yang begitu lahap. Pria itu sudah sejak tadi menelan air liurnya, sate yang dimakan oleh istrinya sangat mengiurkan sekali dirinya juga ingin mencicipinya namun, gensi Bian terlalu besar, melihat sang suami yang bersikap seperti itu membuat Carissa gemas dan menydorkan satu suapan ke arah Bian.     

"Buka mulutnya Mas. Sini, di coba dulu, biar kamu tahu bagaimana rasanya." Bian segera membuka mulutnya, suapan itu masuk ke dalam mulutnya dan berhasil membuat Bian menatap ke arah Carissa.     

"Gimana enak, kan? Makanya mas, di cicip dulu ya, baru komentar," ledek Carissa. Bian tetap memasang wajahnya datar, pria itu melanjutkan makannya. Tidak peduli dengan sang istri yang sejak tadi berkomentar meledek.     

***     

Selesai dengan urusan, sate kali ini ditengah malam yang indah ini wanita hamil itu membangunkan sang suami, bukan karena ingin ini dan itu namun, karena rasa mual yang luar biasa. Carissa muntah di dalam kamar mandi, membuat Bian terbangun dari tidurnya. Pria itu segera beranjak dari tempat tidur dan mulai mendekati istrinya. Tak lupa Bian memberika usapan cinta kepada Caca, supaya bisa lebih lega.     

"Udah?" tanya Bian. Carissa hanya menganggukkan kepalanya, setelah itu keduanya kembali menuju tempat tidur.     

"Adek, jangan buat Mama susah ya. Kasihan Mamanya muntah muntah terus," ujar Bian. Carissa terharu dengan ucapan yang baru saja didengarnya yang keluar dari mulut suaminya itu. Bahagia rasanya, Bian terus mengajak bayi di dalam kandungan Caca berbicara.     

Pagi harinya, Bian yang sengaja ingin menghabiskan waktunya bersama Caca hari ini sengaja tidak masuk kerja. Pria itu sedang berada di dapur, bersama dengan Bi Sumi dan Bi Susi.     

"Bapak di aduk dulu, nanti gosok," perintah bi Sumi.     

"Oh oke. Terus ini gimana lagi bi?" tanya Bian.     

"Udah tunggu manteng aja Pak."     

Bian menganggukkan kepalanya, Li belas menit kemudian masakan yang sudah ia masak, sudah tertata dengan sangat rapi di atas meja. Caca yang bingung mencari keberadaan sang suami dikagetkan dengan Bian yang menggunakan celemek.     

"Mas. Kamu ngapain?" tanya Caca. Bian menolehkan kepalanya ke arah belakang, senyum di bibir pria itu terbit dengan sempurna.     

"Udah bangun sayang. Sini duduk di sini, ini sengaja di masak untuk kamu buat sarapan," ujar Bian. Caca hanya menatap suaminya itu dengan tatapan bingung, Bian juga mengambilkan makanan tersebut. Seperti yang biasa dirinya lakukan kepada sang suami, bi Sumi dan bi Susi yang melihat keduanya dari dapur hanya tersenyum senyum manja.     

"Semoga Bapak dan Ibu bahagia selalu ya. Kasihan sama Ibu yang selalu sedih," ujar Sumi.     

Susi pun mengangukkan kepalanya lalu berkata. "Amin. Aku selalu berdoa yang terbaik untuk keduanya sum, ibu juga berhak untuk bahagia," jawab Susi.     

Kedua pasangan suami istri itu sarapan pagi dengan begitu mesra. Bian memberikan semua perhatiannya untuk Caca. Wanita hamil itu sangat bahagia diperhatika seperti ini, moodnya di pagi ini benar benar baik membuat Caca makan dengan lahap.     

Berbeda dengan Caca dan Bian yang sedang bermesraan dengan sarapan bersama, sepasangan pasangan ini sedang bertengkar di dalam kamar.     

Untunglah kamar yang mereka gunakan kedap suara, hingga suara sang wanita tidak terdengar dari luar.     

"Oke!! Fine, mau kamu apa sekarang," bentak pria itu dengan emosi yang sudah di ubun ubin. Jika tidak mengingat wanita di depannya saat ini sedang hamil, sudah dapat di pastikan keduanya akan bergulat di atas tempat tidur.     

Sang wanita masih terdiam, di tempatnya menatap pria itu yang sedang marah. Lalu, wanita itu mendekatin sang pria dan mulai berbisik.     

"Aku mau, kamu buat Carissa celaka."     

Deg     

Deg     

Deg     

###     

Hallo. Nah loh nah loh. Ada apa ini, kenapa ini. Jangan lupa review nya yaa, supaya bintangnya nyala. Selamat membaca dan terima kasih, sehat terus buat kalian semuanya. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.